Balita mengislamkan ribuan orang
Mungkin Anda terheran-heran
bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di zaman modern ini ada
seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal Al Qur’an dan bisa shalat pada
umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun, dan telah
mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi begitulah
kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah tanda
kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syarifuddin Khalifah, nama bocah
itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di
Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya
beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya beragam kepercayaan
terutama animism. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah
mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristen
Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu.
Seperti kebanyakan penduduk
Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama
Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di
bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Sadar bahwa
bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi.
Sebagaimana pemeluk Katolik
lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual
Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke Gereja untuk
dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun
ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang
aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize,
naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya.
Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad). Mendengar
itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu
pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya
pulang. Tidak jadi membaptisnya.
Awal Maret 1994, ketika usianya
melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya.
Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika tidak mau minum
ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran Domisia tidak
terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apapun
mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau minum ASI dari ibunya
setelah dua bulan. “Apakah karena ibunya adalah seorang Kristiani? Ataukah ini
merupakan fase keunikan-keunikan yang selanjutnya akan banyak mengiringi
kehiduan anak ini sampai dia dikenal jutaan manusia di seluruh dunia sebagai
anak ajaib?” Tanya penulis pada halaman 47.
Di tengah kebiasaan bayi-bayi
belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya,
Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan
lafal-lafal “aneh.” Beberapa tetangga serta keluarga Domisia dan Francis
terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan
berbunyi:”Fatuubuu ilaa baari'ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum
‘inda baari-ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwat tawwabur rahiim.”
Orang-orang yang takjub
menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam keheningan.
Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca Syarifuddin
Khalifah adalah QS. Al Baqarah ayat 54.
Domisia khawatir anaknya
kerasukan syetan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap saja
Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi
kerasukan syetan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal
di daerah itu. Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat
itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat
bayi itu.
“Francis dan Domisia,
sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan syetan. Apa yang dibacanya adalah
ayat-ayat Al Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah…” kata
Abu Ayub.
Beberapa waktu setelah itu Abu
Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan
Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua butuh waktu dalam
pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah.
Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk
anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”.
Keajaiban berikutnya muncul pada
usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan shalat serta
menghafal Al Qur’an dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima
bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan safari dakwah ke
berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu
orang masuk Islam.
SUMBER : Lupa lagi maaf:( yang merasa di copass coment saja biar di cantumkan sumbernya:)
Komentar